Minggu, 23 November 2014

Minggu, 12 Oktober 2014

Rabu, 06 Agustus 2014

Miskin Bukan Berarti Susah

Miskin bukan berarti susah. Mengapa saya berpendapat begitu?

Jika miskin itu diartikan dengan sedikit materi, atau di ukur dengan uang, berarti sedikit uang atau materi sudah pasti berkategori miskin. Walau pun tidak di karunia banyak uang dan materi yang melimpah, bukan berarti jauh dari kebahagaian. Kebahagian itu bisa di raih oleh siapa saja, tergantung kita masing-masing juga mengartikan bahagia itu bagai mana. Yang jelas ungkapan dari kebahagian adalah sebuah senyuman.

Selasa, 13 Mei 2014

TUGAS AKHIR

Menjalani semester yang ke 14 (empat belas) bukanlah hal yang menyenangkan bagi mahasiswa seperti saya. Saya bukan mahasiswa yang aktif pada sebuah organisasi, saya juga bukan mahasiswa yang banyak kegiatan di luar, apalagi mahasiswa yang memeiliki potensi baik di bidang saya. Saya hanya mahasiswa seperti mahasiswa umum lainnya, tidak ada sesuatu hal yang bisa saya banggakan, dan tidak ada sesuatu hal juga yang bisa menyelamatkan saya sekarang ini, selain diri saya sendiri dan keajaiban dari tuhan.

13 semester telah berlalu, tentu sekarang ini adalah semester terakhir saya di jenjang perguruan tinggi untuk meraih kekuatan S1. S1?. Sebagai mahasiswa dengan jalur penciptaan dengan mayor editing di jurusan televisi dan film, tentu saya harus menciptakan sebuah karya dengan konsep editing yang saya pelajari. Semua itu harus saya selesaikan dalam waktu 6 bulan ini, dalam semester ini juga, tidak ada kata semester depan. Wisuda atau tidak wisuda, saya harus angkat kaki dari jenjang ini dengan ilmu ynag telah saya pelajari.

Wisuda atau tidak wisuda rasanya saya akan tetap begini-begini saja, itu mungkin rasa saya saja, kenyataannya mungkin saja bisa berbeda.

Tulisan ini hanya sebuah coretan dari rasa cemas saya terhadap kehidupan saya. Saya merasa tidak sanggup untuk menyelesaikan karya saya. Karena saya memang tidak memiliki kemampuan dalam hal ini. Saya adalah orang yang susah bekerja dalam memta bantuan orang lain, dan sekarang ini yang ada di hadapan saya. Saya membutuhkan banyak pemain, membutuhkan banyak kru. :'(

Kesulitan yang saya hadapi ini mungkin saja karena saya terlalu berpikiran pesimis atau memang karena bidang ini tidak cocok dengan dirisaya. Tapi semuanya telah terjadi sekarang saya harus menghadapi semua hal yang ada di depan saya, saya harus terus maju demi tujuan saya. Ada problem pasti ada jalannya, Saya yakin dengan kekuatan usaha dan Do'a.

Kalau berani berusaha pasti ada hasilnya. :D

Selasa, 11 Maret 2014

Makanan Berformalin

Fakta yang beredar di tengah masyarakat kita banyak bersumber dari media. Salah satu media yang sangat berpengaruh besar adalah televisi. Televisi pada saat ini telah menjadi alat hipnotis bagi masyarakat Indonesia sebahagian besar. Seakan apa yang disajikan berita dalam televisi benar semuanya. Padahal bisa saja media televisi membuang bahagian yang tidak ingin di ketahui masyarakat luas oleh pihak-pihak tertentu.

Kita sering mendengar fakta tentang makanan berformalin yang beredar di tengah-tengah kita. Sehingga dampak buruk akibat kita mengomsumsi makanan tersebut menjadi kita takut untuk membeli makanan sembarangan. Faktanya memang benar, saya pun sekarang setelah mendapatkan fakta itu menjadi takut untuk membeli makanan sembarangan.

Tapi harus kita sadari juga, media hannya memberitakan makanan yang berformalin. Bagaimana oknum-oknum yang menjual formalin? mengapa tidak mereka yang menjual formalin sembarangan itu yang menjadi sorotan utama media?

Bagaimanapun pedagang kecil akan menjadi korban dari beredarnya fakta makanan berformalin tersebut. Sepertinya media telah menghilangkan bagian yang tidak ingin pihak-pihak tertentu mempulikasinya.

Jumat, 07 Maret 2014

Ritual Mandi = Menyatu Dengan Alam

Ketika kita berbicara mandi sudah pasti kita tertuju pada suatu zat yang lebih di kenal dengan air. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa dari air dan mandi. Kita selalu membutuhkan mandi setiap harinya. Kita menghabiskan air begitu banyak untuk mandi.

Mandi menurut daya berarti melakukan ritual menyatu dengan alam. Yang ada pada pikiran saya, ritual mandi yang telah di lakukan dari sejak manusia ada hingga saat ini selalu menggunakan air yang sama. Maksudnya, selalu menggunakann air bersih, tidak menggunakan air lumpur, atau ada penemuan baru seperti di zaman bla bla umat manusi mandi dengan menggunakan air begizi. Tentu itu tidak terjadi, karena kita butuh air yang bersih untuk membersihkan diri, bukan air bergizi atau air berwarna.

Dari zaman dulu sampai sekarang manusia memang mandi menggukan air, hanya saja caranya yang berbeda-beda, dan peralatan yang di gunakan juga tentu berbeda. Tapi pada intinya mandi adalah menyatu dengan alam. Secanggih-canggihnya manusia, tidak akan mungkin mandi dalam keseharian menggunakan air yang macam-macam dan aneh-anah.

Selasa, 25 Februari 2014

Hutan Ku Tak Rimba Lagi

Nagari Gurun, Kecamatan Harau, Kabupaten 50 Kota, memiliki hutan yang luas dan digarap oleh masyarakat setempat. Kebanyakan hutan di Nagari Gurun diolah menjadi lahan pertanian oleh penduduknya. Kebanyakan lahan ditanami dengan pohon-pohon tua, ada juga yang berladang Gambir. Hutannya terasa sangat rimba dan sangat sejuk. Untuk bisa menikmati aroma udara yang sejuk di bawah pohon-pohon yang ratusan tahun usianya kita harus berjalan kaki beberapa jam. Tapi hal seperti ini saya rasakan beberapa tahun yang  lalu, sewaktu saya kecil dulunya.

Kini huntan yang lebat sudah mulai gundul, pemandangan yang indah sudah mulai di gunduli demi menacari rezki oleh masyarakatnya. Jalan setapak untuk menelusuri hutan kini sudah diperlebar. Suara mesin membuat burung-burung malas berkicau. Suara teriakan kera-kera malang pun sekarang sudah semakin menjauh ke tengah hutan. Saya kurang suka dengan pemandangan seperti ini. Semuanya telah berubah, tapi ingatan saya mash belum berubah, dan merindukan masa-masa ketakutan pada rimba.

18 tahun yang lalu saya memandang kegilaan alam dari bawah pohon Durian. Saya merasa alam di ciptakan sangat menakjubkan oleh sang pencipta. Saat duduk itu ibu saya berkata "ditengah hutan seperti ini rasanya kita tidak punya beban hidup" ya kata-kata itu tidak mungkin saya lupakan. Walau pada saat itu saya tidak mengerti tentang kegelisahan kehidupan orang dewasa.

Sekarang tepat dimana saya duduk 18 tahun lalu, saya merasakan hal yang beda. Alam tidak terasa gila lagi, tapi mereka yang menebang pohon, dan mengeruk batu alam itu yang terlihat gila. Sungguh pemandangan yang sedih, melihat mesin-mesin dengan semangatnya di perbudak oleh manusia. Saya tidak menemukan ketenangan hidup di hutan ini, tidak seperti 18 tahun lalu yang di katakan oleh ibu saya.

Hutanku telah berubah, hutanku tak rimba lagi, dan aku hanya bisa duduk dalam kesedihan.